Goresan Kata

Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.. Soe Hok Gie

Minggu, 27 November 2011

Ilmu Sosial Dasar Dalam Sosiologi


BAB I
PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang

Ilmu sosial dasar adalah ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia ini tidak dapat berubah dari saat ke saat.
Manusia sebagai makhluk sosial selalu mengadakan interaksi, baik itu interaksi edukatif, interaksi ekonomi, interkasi budaya, dan intreaksi politik. Sosialisasi adalah Proses penenaman nilai dan pembelajaran norma sosial dalam rangka pengembangan individu yang bersangkutan. Kelompok Sosial: kumpulan manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling mengenal dalm waktu relatif lama, ada kaitan senasib diikat oleh nilai dan norma yang sama serta memiliki rasa persatuan. Ikatan persamaan seperti pendidikan, ekonomi, mata pencaharian, sehingga ada kelompok miskin, menengah , kaya yang ini namanya perlapisan sosial.

2.        Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diajukan oleh penyusun adalah :
a.      Apa Pengertian Sosiologi?
b.      Apa Definisi Sosiologi?
c.       Perkembangan Sosiologi?
d.      Apa Kegunaan Sosiologi?

3.        Tujuan Penyusunan
Kemudian tujuan penyusunan adalah :
a.      Mengetahui pengertian sosiologi
b.      Mengetahui definisi sosiologi
c.       Mengetahui perkembangan sosiologi
d.      Mengetahui kegunaan sosiologi
 



BAB II
PEMBAHASAN

1.        Pengertian Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu “socius” yang berarti ‘kawan atau teman’, sedangkan “logos” berarti ‘ilmu pengetahuan’. Sosiologi yang merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman dan logos dari kata Yunani yang berarti pengetahuan itu diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi sudah muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun silam. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, baru lahir kemudian di Eropa. Jadi hakikatnya, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat sendiri adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan dan memiliki kepentingan bersama serta memiliki budaya.
Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte pada tahun 1842. Comte akhirnya dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Selanjutnya Émile Durkheim, ilmuwan sosial Perancis kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai sebuah disiplin akademis yang sistematis kritis.

2.        Definisi Sosiologi
Berikut dikemukakan definisi sosiologi dari beberapa ahli sosiologi.
  • Van der Zanden memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi ilmiah tentang interaksi antar-manusia.
  • Roucek dan Warren mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antar-manusia dalam kelompok.
  • Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: (1) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya, (2) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial, misalnya pengaruh iklim terhadap watak manusia, pengaruh kesuburan tanah terhadap pola migrasi, dan sebagainya, dan (3) ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat
  • Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam bukunya yang berjudul Setangkai Bunga Sosiologi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Struktur sosial merupakan jalinan atau konfigurasi unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat, seperti: kelompok-kelompok sosial,  kelas-kelas sosial, kekuasaan dan wewenang, lembaga-lembaga sosial maupun nilai dan norma sosial. Proses sosial merupakan hubungan timbal-balik di antara unsur-unsur atau bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui interaksi antar-warga masyarakat dan kelompok-kelompok. Sedangkan perubahan sosial meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur sosial dan proses-proses sosial.

3.        Perkembangan  Perkembangan Sosiologi
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.

Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.

Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.

Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.

Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The American Journal of Sociology memulai publikasinya pada thun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.

Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.

Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.

Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.

4.        Kegunaan Sosiologi

Sosiologi dipelajari untuk apa? Dengan pertanyaan lain mengapa kita belajar sosiologi? Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab dengan uraian tentang peran sosiolog (ahli sosiologi) berikut ini.
Sebenarnya di mana dan sebagai apa seorang sosiolog dapat berkiprah, tidak mungkin dapat dibatasi oleh sebutan-sebutan dalam administrasi okupasi (pekerjaan/mata pencaharian) resmi yang dileluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Di beberapa negara telah muncul pengakuan yang kuat terhadap sumbangan dan peran sosiolog di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Horton dan Hunt (1987) menyebutkan beberapa profesi yang pada umumnya diisi oleh para sosiolog.
1.      Ahli riset, baik itu riset ilmiah (dasar) untuk perkembangan ilmu pengetahuan ataupun riset yang diperlukan untuk kepentingan industry (praktis)
2.      Konsultan kebijakan, khususnya untuk membantu untuk memprediksi pengaruh sosial dari suatu kebijakan dan/atau pembangunan
3.      Sebagai teknisi atau sosiologi klinis, yakni ikut terlibat di dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan dalam masyarakat
4.      Sebagai pengajar/pendidik
5.      Sebagai pekerja sosial (social worker)
Di luar profesi yang telah disebutkan oleh Horton dan Hunt tersebut, tentu saja masih banyak profesi lain yang dapat digeluti oleh seorang sosiolog. Banyak bukti menunjukkan, bahwa dengan kepekaan dan semangat keilmuannya yang selalu berusaha membangkitkan sikap kritis, para sosiologi banyak yang berkarier cemerlang di berbagai bidang yang menuntut kreativitas, misalnya dunia jurnalistik. Di jajaran birokrasi, para sosiolog sering berpeluang menonjol dalam karier karena kelebihannya dalam dalam visinya atas nasib rakyat.
Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, keterlibatan para sosiolog di berbagai bidang kehidupan akan semakin penting dan sangat diperlukan. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat akan menuntut penyesuaian dari segenap komponen masyarakat yang menuntut kemampuan mengantisipasi keadaan baru. Para sosiolog pada umumnya unggul dalam hal penelitian sosial, sehingga perannya sangat diperlukan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sosiologi adalah studi tentang kehidupan sosial manusia. Karena kehidupan sosial manusia sangat luas, sosiologi mempunyai banyak sub kajian. Mulai dari analisis percakapan antar-individu hingga teori pembangunan. Sosiologi bertujuan untuk memahami bagaimana kehidupan masyarakat di dunia berlangsung.
Sosiologi muncul pada abad ke-19 sebagai respon terhadap modernitas. Kemajuan teknologi dan meningkatnya mobilitas berpengaruh pada masyarakat dan kebudayaan yang berbeda dari sebelumnya. Ilmu Sosiologi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejak pertama kali dirumuskan oleh Auguste Comte, sosiologi terus mengalami perkembangan hingga saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Dany Haryanto, S.S. dan G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar : Jakarta. pustaka Cakrawala Baru
4.      http://pengantar-sosiologi.blogspot.com         

Sabtu, 26 November 2011

ILMU SOSIAL DASAR DALAM ANTROPOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Antropologi  adalah suatu  ilmu  yang  memahami  sifat-sifat  semua  jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi  yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris  untuk  penyebaran  agama  nasrani  dan  bersamaan  dengan  itu berlangsung  sistem  penjajahan  atas negara-negara di  luar  eropa,  dewasa  ini dibutuhkan  bagi  kepentingan  kemanusiaan  yang  lebih  luas.  Studi  antropologi selain  untuk  kepentingan  pengembangan  ilmu  itu  sendiri,  di negara-negara yang sedang  membangun sangat  diperlukan  bagi  pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.

2.      Rumusan Masalah
Adapun yang dijadikan rumusan masalah penyusun diantarannya :
1.      Apa Pengertian Antropologi?
2.      Apa definisi Antropologi?
3.      Bagaimana sejarah Antropologi?
4.      Apa saja cabang-cabang Antropologi?
3.      Tujuan penyusunan
Selanjutnya tujuan penyusun menyusun makalah ini adalah :
1.      Mengetahui pengertian Antropologi
2.      Mengetahui definisi Antropologi
3.      Mengetahui sejarah Antropologi
4.      Mengetahui Cabang-cabang Antropologi

4.      Metode Penyusunan
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Selain itu, penyusun juga memperoleh data dari internet dengan cara menganalisa setiap materi yang berhubungan dengan Antropologi. 







BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian
Antropologi adalah semua hal tentang manusia, dan merupakan tanggung jawab antropologi untuk menjelaskan semua cerita tentang manusia, dari segi yang baik maupun dari segi yang buruk. Antropologi tidak hanya terpaku pada sebagian kelompok orang tetapi mencakup semua manusia, bukan hanya dari satu aspek melainkan dari segala aspek.
Secara etimologi, antropologi berasal dari dua kata, yaitu Antrop dan Logos. Antrop berarti manusia, sedangkan Logos berarti kajian, diskusi, atau ilmu. Ilmu pengetahuan antropologi mengkaji manusia dalam bermasyarakat, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam suatu masyarakat suku bangsa, kebudyaan, dan perilakunya.

2.      Definisi Antropologi
Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata antropos yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu atau stud. Secara harafiah antropologi berarti lmu atau studi tentang manusia antropologi mempelajari manusia sebagai mahkluk biologis, dan sebagai makhluk social

 

            Definisi Menurut Para ahli

 

Berdasarkan etimologinya Kata antropologi berasal dari kata yunani “Antropo” yang berarti manusia dan “logy” atau “logos” berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia.
1.      Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen : 1954: 2
antropologi adalah ilmu yang mempelajarai manusia dan semua apa yang dikerjakannya.
2.      Tulian Darwin
The origin of spicies” Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan penelitian-penelitian terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Manusia asalnya monyet, karena makhluk hidup mengalami evolusi.Antropologi ingin membuktikan dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera dan monyet di seluruh dunia.
3.      Menurut orang awam
Membicarakan Antropologi hanyalah berfikir tentang fosil-fosil. Memang pemikiran yang demikian tidak selamanya salah karena mempelajari fosil merupakan suatu cabang penelitian Antropologi. Arkheologi pada dasarnya berbeda dengan Antropologi, di mana sesungguhnya arkheologi merupakan salah satu cabang Antropologi
4.      William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
5.      David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
6.      Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

3.      Sejarah Dan Perkembangan Antropologi
Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.

Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:

a.       Fase Pertama (Sebelum Tahun 1800-An)

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

b. Fase Kedua (Tahun 1800-An)

Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.


c. Fase Ketiga (Awal Abad Ke-20)

Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.

Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.

Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

4.      Cabang-Cabang  Antropologi
a.    Antropologi Budaya
Budaya adalah alat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Ini adalah keseluruhan yang kompleks pengetahuan, moral, tradisi, seni dan adat, yang telah kita pelajari sebagai bagian dari masyarakat. Hal ini ditransfer melalui generasi non-biologis, melalui kata-kata dan simbol. Antropolog budaya mencoba untuk memahami logika di balik norma-norma budaya. Mereka percaya bahwa tidak ada praktek tradisi atau budaya yang salah. Sebagai contoh, jaringan parut tubuh mungkin tampak aneh bagi kita. Namun, sebuah studi dari budaya suku-suku Afrika yang mengikuti ritual ini telah menunjukkan bahwa ini adalah praktek yang sangat relevan. Selama penelitian mereka, antropolog budaya hidup dalam masyarakat, mengamati kebiasaan mereka, dan mencoba untuk memahami mereka dibandingkan dengan praktek-praktek masyarakat lain. Antropolog budaya dapat belajar hidup masyarakat di ujung dunia, atau mungkin berkonsentrasi pada segmen tertentu dari masyarakat kita sendiri, seperti sektor korporasi, buruh, atau penghuni kawasan kumuh.

b.    Antropologi Linguistik
Bahasa merupakan agen penting dari transmisi budaya. Ini adalah sebuah prestasi dari spesies manusia yang telah memberikan keunggulan atas sisa binatang dalam dunia kehidupan. Dalam upaya mereka untuk memahami asal-usul dan evolusi bahasa dan tradisi lisan, antropolog linguistik mendapatkan wawasan berharga ke dalam kebudayaan masyarakat. Mereka memahami hubungan antara berbagai masyarakat prasejarah dan menjelajahi makna konsep verbal untuk belajar tentang kondisi yang ada di masa lalu, dan bagaimana manusia disesuaikan dengan mereka. Selain mempelajari bahasa dalam aspek budaya, antropolog linguistik juga mencoba untuk memahami implikasi biologis bahasa. Hal ini melibatkan perubahan belajar di otak manusia dan tubuh, yang memungkinkan kita untuk mengatur suara dengan cara yang berarti, berkembang bahasa. 

c.    Arkeologi 
Arkelologi berhubungan dengan mempelajari sisa-sisa nyata dari suatu budaya. Untungnya, manusia meninggalkan petunjuk tentang cara-cara hidup mereka, tidak hanya dalam kata-kata dan huruf, tetapi juga dalam bentuk materi tetap seperti potsherds, pondasi rumah, alat-alat batu dan penguburan. Ini mengungkapkan informasi penting tentang kepercayaan dan tradisi dari peradaban tertentu atau masyarakat. Sebagai contoh, lukisan di dinding makam mungkin melemparkan cahaya pada status dari orang yang dikuburkan di sana. Lukisan seperti sering menggambarkan praktek-praktek lazim di masyarakat. Studi situs pemakaman dapat membantu arkeolog memahami keyakinan agama dari sekelompok orang. 

d.    Antropologi Biologi 
Antropologi biologis, juga dikenal sebagai antropologi fisik, berkaitan dengan asal-usul biologis menelusuri, perubahan evolusioner, dan keragaman genetik dari spesies manusia. Dalam proses ini, antropolog biologi mempelajari perilaku primata, dan variasi anatomi antara primata dan manusia untuk memahami perubahan fisik yang terjadi pada manusia selama perjalanan evolusi mereka dari kera. Mereka mungkin juga mengambil analisis genetik dan studi antropometrik untuk menemukan alasan di balik perbedaan fisik antara orang-orang dari berbagai kelompok.  
Selain itu cabang utama, antropologi juga memiliki divisi lain seperti antropologi forensik, antropologi medis, dan antropologi ekologi. Meskipun masing-masing cabang adalah bidang studi khusus, mereka saling terkait. Hal ini memberikan antropolog keunggulan atas peneliti dari bidang lain dalam menangani masalah manusia, saat mereka mempelajari keberadaan manusia tidak dalam isolasi tetapi dalam totalitas.

BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Perkembangan antropologi terdiri atas 4 tahap yaitu ;
Ø Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Ø Fase Kedua (tahun 1800-an)
Ø Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Ø Fase Ketiga (awal abad ke-20)
2.    Saran
Antropologi sangat besar peranannya dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu mengembangkan wawasan dan memperdalam pemahaman tentang kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan antropologi.




DAFTAR PUSTAKA

Green, E.C 1986 Practicing Development Anthropology. Boulder and London: Westview

Leonard Seregar. 2002. Antorpologi dan Konsep Kebudayaan. Universitas Cendrawasih Press. Jayapura.

Masinambow, E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.